Jumat, 16 Mei 2014

Review Marmut Merah Jambu

Untuk kali ini, gue akan me-review sedikit tentang film yang sebenernya udah lama banget gue tunggu-tunggu. Film itu  berjudul “Marmut Merah Jambu”, yak walaupun gue gak nonton pas hari pertama tayang (8 mei), dan juga melewatkan untuk bertemu dengan seluruh castnya di tempat kelahiran gue sendiri di bogor, tapi tak apalah. Film ini merupakan sebuah adaptasi dari novel yang berjudul sama karya Raditya dika. Kalu yang ngikutin akun  twitter @rikkioktiawan , pasti udah pada tau bahwa gue itu ngefans sama dia (padahal followersnya baru puluhan).  Maka dari itu, gue berusaha nyari ide-ide tentang dia dari gaya tulisannya di blog, cara stan-up comedynya termasuk dari film-filmnya. Ok, gak usah lama-lama pembukaanya, ini reviewnya. Check it out.

Raditya dika terkenal dengan komedy nya, termasuk juga di film ini. Unsur komedinya sangat kuat, bahkan di awal-awal pun kita dibuat tertawa terbahak-bahak oleh alur ceritanya.  Dan yang perlu di catat disini, bukan candaan fisik seperti acara-acara tivi yang sekarang lagi menjamur. Film ini hampir semua tentang berlatar SMA. Mulai dari anak yang ingin populer, sampai murid kapten basket yang selalu digilai cewek seisi sekolah ada disini, kisah SMA banget kan? Cerita romantis pun sangat kental. Kisah masa-masa percintaan di awal SMA, cinta segitiga, cinta sesama sahabat tapi yang satunya kurang peka, kurang lebih seperti itu. Tapi, ini lebih menarik. Karena, tidak terlalu drama seperti film romantis  yang lain. Setelah di awal bahagia, tapi di ending film ini akan di buat sedih. Kayak pas waktu awal pacaran gitu, di awal seneng-seneng. Tapi, lama-lama ujungnya putus juga. *eh......
no pict = hoax

FYI: gue nonton ini tuh, pas pulang kuliah. Jadi cocok banget ditonton setelah pusing dengan berbagai pelajaran. Dan kejadiannya kemarin itu berpapasan dengan malem minggu, lumayan kan bisa ada alesan, misal ditanya sama orang di jalan “abis dari mana?” Dan yang paling penting, walaupun genre film ini komedi-romantis, tapi gak ada adegan ciumannya loh...  jadi bagi yang mau nonton sendirian (kayak gue) pun bisa tenang.

Nah, cukup segitu aja. Saran gue, bwat yang masih suka ngerasa “meng-anaktirikan”  atau under estimate sama film lokal silahkan tonton dulu. Gak bakal nyesel dengan harga tiket yang udah dibeli. Gimana film lokal mau maju, kalu warganya sendiri malah condong ke film barat? ok? Selamat menonton.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar