Untuk kali ini, gue akan me-review sedikit tentang film yang
sebenernya udah lama banget gue tunggu-tunggu. Film itu berjudul “Marmut Merah Jambu”, yak walaupun
gue gak nonton pas hari pertama tayang (8 mei), dan juga melewatkan untuk
bertemu dengan seluruh castnya di tempat kelahiran gue sendiri di bogor, tapi
tak apalah. Film ini merupakan sebuah adaptasi dari novel yang berjudul sama
karya Raditya dika. Kalu yang ngikutin akun
twitter @rikkioktiawan , pasti udah pada tau bahwa gue itu ngefans sama
dia (padahal followersnya baru puluhan).
Maka dari itu, gue berusaha nyari ide-ide tentang dia dari gaya
tulisannya di blog, cara stan-up comedynya termasuk dari film-filmnya. Ok, gak
usah lama-lama pembukaanya, ini reviewnya. Check it out.
Raditya dika terkenal dengan komedy nya, termasuk juga di
film ini. Unsur komedinya sangat kuat, bahkan di awal-awal pun kita dibuat
tertawa terbahak-bahak oleh alur ceritanya.
Dan yang perlu di catat disini, bukan candaan fisik seperti acara-acara
tivi yang sekarang lagi menjamur. Film ini hampir semua tentang berlatar SMA.
Mulai dari anak yang ingin populer, sampai murid kapten basket yang selalu
digilai cewek seisi sekolah ada disini, kisah SMA banget kan? Cerita romantis
pun sangat kental. Kisah masa-masa percintaan di awal SMA, cinta segitiga,
cinta sesama sahabat tapi yang satunya kurang peka, kurang lebih seperti itu.
Tapi, ini lebih menarik. Karena, tidak terlalu drama seperti film romantis yang lain. Setelah di awal bahagia, tapi di
ending film ini akan di buat sedih. Kayak pas waktu awal pacaran gitu, di awal
seneng-seneng. Tapi, lama-lama ujungnya putus juga. *eh......
no pict = hoax |
FYI: gue nonton ini tuh, pas pulang kuliah. Jadi cocok banget
ditonton setelah pusing dengan berbagai pelajaran. Dan kejadiannya kemarin itu
berpapasan dengan malem minggu, lumayan kan bisa ada alesan, misal ditanya sama
orang di jalan “abis dari mana?” Dan yang paling penting, walaupun genre film
ini komedi-romantis, tapi gak ada adegan ciumannya loh... jadi bagi yang mau nonton sendirian (kayak
gue) pun bisa tenang.
Nah, cukup segitu aja. Saran gue, bwat yang masih suka
ngerasa “meng-anaktirikan” atau under
estimate sama film lokal silahkan tonton dulu. Gak bakal nyesel dengan harga
tiket yang udah dibeli. Gimana film lokal mau maju, kalu warganya sendiri malah
condong ke film barat? ok? Selamat menonton.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar